(Khotbah pada Minggu IV Setelah Trinitatis)
05 Juli 2020 di HKBP Resort Kayu Putih
Oleh: Pdt Martunas P. Manullang, MTh.
Ev: Kejadian 12:1-9
Alkitab membuat judul perikop Kejadian 12:1-9 ini: Abram dipanggil Allah. Panggilan yang diikuti dengan janji. Apakah janji Allah itu kepada Abram? Pada Kejadian 12:2, dikatakan: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur dan engkau akan menjadi berkat.”
Abram akan diberkati Allah untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Ini suatu yang sangat mengagumkan dan menyenangkan, menurut kita. Ya itu benar. Atau bahkan kita mungkin berpikir, alangkah enaknya menjadi orang seperti Abram ini.
Allah benar-benar dekat dengan dia dan menjanjikan berkat yang luar biasa. Begitu mudahkan Abram mendapat atau memperoleh semua yang dijanjikan Allah kepadanya?
Tentu tidak. Karena hal pertama yang harus dilakukannya adalah menaati panggilan Allah itu baginya. Allah telah memilih Abram. Allah telah memanggilnya. Allah kini akan menyuruhnya untuk suatu tugas yang besar. Allah kini mengutusnya untuk melakukan yang Dia rencanakan.
Mari kita lihat panggilan dan pengutusan atau penyuruhan Allah kepada Abram. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” (Kejadian 12:1). Tadi sudah kita tanyakan: Apakah ini suatu yang mudah bagi Abram? Tentu tidak. Bahkan teramat sulit. Pasti selama ini Abram dan keluarga besarnya sudah merasa nyaman di negerinya, di rumah bapanya berada di antara saudara-saudaranya.
Namun sekarang, Allah memanggil dan menyuruh dia untuk pergi, berangkat dan meninggalkan semuanya itu. Dia harus keluar dari zona nyaman, yang selama ini tentu sangat dinikmatinya dengan segala bentruk rutinitas dan kreativitas yang ada.
Namun, agar Abram bisa menjadi berkat bagi dunia, pertama-tama ia harus meninggalkan semua itu, tidak boleh lagi mengandalkan semua itu. Ia sekarang harus memulai suatu kehidupan yang benar-benar bergantung sepenuhnya hanya kepada Allah.
Dalam ketaatan dan ketergantungan yang sepenuhnya kepada Allah inilah Abram akan melangkah ke tempat yang akan ditunjukkan oleh Allah kepadanya. Berangkat menuju tempat yang Allah akan tunjukkan.
Ini berarti hanya Allah yang harus dia percayai dan taati. Hanya Allah yang menjadi andalan membimbingnya, tidak boleh bergantung atau bersandar kepada pengertian senediri, pengalaman sendiri, rencana sendiri, kerinduan sendiri, dan banyak lagi hal lainnya.
Sekali lagi ini sangat berat. Tetapi mengapa Abram dapat melakukannya? Karena Abram mengutamakan iman dan ketaatan kepada Tuhan. Abram lebih menggantungkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan, tertuju hanya kepada kehendak Tuhan, dan mendengar hanya firman Tuhan; di tengah berbagai tantangan dan hambatan bahkan ancaman kehidupan yang dilihat dan dialaminya hari lepas hari.
Bukan tidak banyak tantangan, tetapi hanya dengan beriman kepada Tuhan, melangkah dalam firman Tuhan, Abram dan keluarganya dapat melewati berbagai hambatan-hambatan itu.
Bagi Abram, kehilangan harta duniawi tidaklah sebanding dengan memiliki harta surgawi. Kehilangan banyak di dunia tidak sebanding dengan memperoleh sesuatu yang amat berharga, yang kekal atau abadi.
Apa yang bisa kita renungkan dari khotbah hari ini? Sebenarnya banyak, namun kita mau kemukakan di sini beberapa hal:
Pertama: Mensyukuri pemilihan dan panggilan dan pengutusan (penyuruhan) Allah bagi kita. Mengapa? karena pemilihan, panggilan dan pengutusan itu adalah berkat bagi kita. Kalau Tuhan memanggil kita, haruslah kita respon, sebab itu berarti Tuhan akan memberi berkat-Nya melalui ketaatan kita.
Kedua: Agar kita selalu memahami, menaati dan mematuhi kehendak Tuhan melalui panggilan itu. Dengan kata lain, marilah mengimani Tuhan di dalam panggilannya kepaada kita. Dalam segala sesuatu dan dalam hal apa pun, kalau Tuhan memanggil, kita percayai dan imanilah itu sebagai anugerah Tuhan bagi kita.
Untuk dapat memahami kehendak Tuhan, maka perlu memelihara persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah pribadi dan keluarga. Membangun mezbah bagi Tuhan, memanggil nama Tuhan, mejbaca, mempelajari Firman Tuhan dan beribadah kepada Tuhan.
Ketiga: Berkat akan diberikan Tuhan. Berkat itu antara lain: kemasyhuran dan keturunan. Ini jauh melebihi dari apa yang kita pikirkan dan butuhkan. (Jauh melebihi hamoraon, hagabeon, hasangapon, goar tarbarita, menurut cita-cita orang Batak.
Dan ini bukanlah sesuatu yang diusahakan manusia, tetapi diberikan oleh Tuhan). Berkat Tuhan jauh melebihi yang kita harapkan. Tuhan dapat melakukan apa pun untuk memberkati kita.
Keempat: Ketika kita sudah memperoleh berkat Tuhan, marilah kit;a menyalurkannya bagi orang lain, sesama kita. Mengabarkan dan mengajarkan kepada keluarga dan keturunan kita, agar menjadi berkat bagi orang lain atau sesama, sepanjang hidupnya.
Inilah maksudnya diberkati untuk menjadi berkat. Marilah kita menjadi berkat bagi sesama, orang-orang di sekitar kita. Selamat Hari Minggu. Selamat beribadah. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.
(HKBP Kayu Putih, 04 Juli 2020)