Pematangsiantar | Konstruktif.id – Awal Tahun 2021 Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar bermaksud menggelar belajar-mengajar secara tatap muka. Direncanakan belajar mengajar tatap muka itu dilakukan secara bergilir atau shift.
Kabid PAUD Dikdas Dinas Pendidikan Pemko Pematangsiantar, Lusamti Simamora, Jumat (28/10/2020), rencana pembelajaran secara tatap muka yang direncanakan pihaknya masih tergantung pada perkembangan Covid-19.
“Kita memang merencanakan belajar-mengajar tatap muka tetapi masih melihat perkembangan Covid-19,” terangnya.
Lusamti menyebut di Kota Pematangsiantar bakal digelar belajar-mengajar tatap muka.
“Kita harus optimis mudah-mudahan semester depan awal 2021 kita sudah sekolah lagi. Walaupun mulainya Februari 2021, yang penting masuk dulu sekolah,” katanya saat ditemui wartawan di Kantor SPNF SKB, Jalan Siatas Barita, Kecamatan Siantar Timur.
Lusamti menjelaskan skema sekolah jika sudah dibuka. Menurutnya ada persentase dalam menerapkan shifting jadwal masuk pembelajaran. “Kita akan buat masuk sekali seminggu, kita liat perkembangannya. Kalau kondisi corona semakin membaik, kita naikkan tensinya menjadi masuk dua kali seminggu,“ kata Lusamti.
Tidak Efektif
Terhitung Maret hingga Oktober 2020 proses belajar tatap muka di sekolah diganti daring. Disdik Pematangsiantar mengakui belajar daring tidak efektif jika merujuk kurikulum yang berlaku.
Sekolah SD dan SMP di Kota Pematangsiantar ditutup karena pandemi Covid 19 melanda. Terhitung delapan bulan para siswa tidak belajar di ruang kelas sekolah.
“Saya perhatikan tidak efektif 100 persen belajar secara daring ini. Karena penyampaian materi tidak penuh.Tidak bisa kita mengandalkan daring ini sesuai dengan kurikulum kita,” ujarnya
Selain situasi pandemi di Kota Pematangsiantar tidak berangsur pulih, surat edaran Mendikbud mengutamakan keselamatan dari pada penuntasan kurikulum sekolah.
“Sesuai dengan surat edaran Mendikbud, agar kita di masa pandemi lebih memprioritaskan kesehatan daripada penuntasan materi kurikulum di sekolah,” imbuhnya.
Lusamti menyarankan agar materi yang diajarkan guru tidak memberatkan peserta didik. Dalam belajar daring, ia mendorong agar guru lebih kreatif.
“Penyampaian materi itu ada baiknya melalui video-video pembelajaran, kalau bisa berbentuk animasi. Kita dorong guru-guru kita agar lebih kreatif membuat video pembelajaran yang lebih menarik dan lebih interaktif dengan siswa,” ungkapnya.
Masih kata Lusamti, dalam adaptasi belajar daring para guru sudah dilatih. Disdik bekerja sama dengan lembaga pendidikan Tanoto Fondation. Pelatihan terhadap guru diantara memproduksi materi belajar dalam bentuk video menarik.
Bagi siswa yang tidak mampu belajar daring, pihaknya memfasilitasi belajar luring [Luar Jaringan]. Orang tua siswa kata Lusamti menjemput materi belajar dari Sekolah.
“Anak tetap tidak boleh ke sekolah. Yang datang ke sekolah mengambil materi adalah orangtua, dibawa ke rumah untuk dikerjakan. Setelah itu orangtua mengantar kembali materi tadi ke sekolah. Mungkin dijadwal sekali atau dua kali seminggu, antar jemput materinya oleh orangtua,” imbuh Lusamti
Jika Luring tidak memungkinkan, opsi lain adalah Visit Home. Guru, kata Lusamti, mengunjungi rumah siswa yang dimana tidak dapat mengikuti pembelajaran daring. Itupun dilakukan seizing dari orang tua.
“Intinya, baik itu daring maupun luring, peran aktif orangtua sangat dibutuhkan di dalam mengawasi pembelajaran anaknya masing-masing,” tutupnya. (K2)
Discussion about this post