Demi Gulingkan Muhyiddin Yassin, Mahathir-Anwar Mesra Lagi
Kuala Lumpur / Konstruktif. id
Tidak ada musuh atau teman abadi di dalam politik, yang ada hanya kepentingan abadi. Adagium itulah yang tengah dipertontonkan mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad dengan mantan wakil PM Anwar Ibrahim. Keduanya mengenyampingkan perseteruan demi menjatuhkan PM Muhyiddin Yassin.
Mahathir (94) dan Anwar (72) kembali mesra setelah Februari lalu bersitegang sehingga koalisi mereka, Pakatan Harapan (PH) bubar. Mereka sepakat, Muhyiddin bukan PM pilihan rakyat hasil pemilu sehingga tidak memiliki mandat untuk memerintah.
“Ini saatnya untuk mengembalikan mandat pemilu yang sudah dijanjikan dua tahun lalu, kami tidak mengakui pemerintahan saat ini,” pernyataan bersama kedua politisi gaek itu, sepakat, menumbangkan Muhyiddin, Sabtu (9/5).
“Kami tidak mau menggadaikan moral dan etika untuk mendukung pemerintah ini,” pernyataan mereka lagi.
Pernyata bersama itu terjadi setelah parlemen menyetujui permintaan Mahathir untuk memulai mosi tidak percaya terhadap Muhyiddin. Parlemen dijadwalkan melakukan sidang pada 18 Mei nanti.
“Kami sudah tua, umur kami pendek, tetapi semangat perjuangan kami masih berada di dalam jiwa setiap anak muda yang memimpikan reformasi. Sudah waktunya bagi kita untuk bangkit kembali dan berusaha mengembalikan mandat rakyat kepada pihak yang berhak,” kata kedua politisi senior itu.
Mahathir dan Anwar mengeluarkan pernyataan bersama pada 9 Mei untuk mengenang pada tanggal yang sama dua tahun lalu, dua politisi ini berhasil memenangkan pemilu Malaysia. Koalisi PH berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional, yang sudah memimpin negeri jiran itu selama enam dekade.
Ini kali pertama keduanya muncul bersama sejak konflik internal pada Februari lalu yang menyebabkan keruntuhan koalisi mereka di saat masih berkuasa.
Langkah Mahathir dan Anwar kali ini melengkapi skenario turun naiknya hubungan mereka selama tiga dekade. Senin, 24 Februari lalu, Mahathir meletakkan jabatan sebagai PM.
Peletakan jabatan ini kembali memunculkan konflik antara Mahathir dengan Anwar. Pasalnya, Mahathir berjanji pada pemilu 2018 akan berhenti di tengah jalan dan memberikan kekuasaan kepada Anwar. Namun beredar rumor belakangan, mengatakan kubu Mahathir akan membentuk koalisi pemerintahan tanpa Anwar. Itulah Anwar merasa dikhianati.
Akhirnya, Muhyiddin maju. Politisi, yang semula berada di kubu Mahathir, menelikung ketika partai-partai koalisi PH mendukungnya jadi PM. Hingga akhirnya, Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah meresmikan Muhyiddin sebagai pemimpin negara setelah mengklaim dirinya mendapat dukungan mayoritas antara anggota parlemen.(RMCO).
Discussion about this post