Medan | Konstruktif.id
Entah mimpi apa Anggraini Pardosi (14), hingga bisa disambangi oleh Dr JTP Hutabarat, salah seorang anggota legislatif DPRD SU ke gubuknya di pedalaman Garoga, Rabu (7/7).
Perlu waktu sejaman menggunakan sepeda motor melewati bukit, lembah, sungai dan hutan hingga bisa tiba di Dusun Hadataran, Desa Lontung Jae 2 Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara.
“Di balik gunung yang tampak jelas dari Dusun Hadataran itulah Kabupaten Labuhan Batu. Ini dusun terluar di Tapanuli Utara berbatasan dengan kabupaten lain,” jelas JTP hari ini di kantor pribadinya di Padangbulan Medan, Senin (12/7).
Minim dan buruknya infrastruktur jalan, membuat warga dusun ini kesulitan memasarkan hasil panennya ke Pasar Kecamatan di Garoga.
“Saya kira ini penyebab warga di desa itu tidak mampu lepas dari kemiskinan,” terangnya.
Di desa ini, hanya ada SD Negeri. Bagi warganya yang mau menyekolahkan anaknya ke jenjang SMP, wajib ke Garoga atau ke daerah lain.
Secara ekonomi, warga dusun ini, tampak hidup di bawah garis kemiskinan. Kebanyakan rumah tua berdinding papan dan sudah reot.
Di salah satu rumah tua dan reot itulah Anggraini Pardosi, saudara/inya dan ayah serta ibunya hidup sehari-hari.
Gadis remaja yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasarnya ini, hendak melanjutkan SMP di Garoga dengan keterbatasan pembiayaan orangtuanya yang tampak kurang mampu itu.
“Cita-citaku dokter Pak. Aku mau masuk SMP di Garoga dan akan kos di sana,” jawab Anggraini kepada JTP yang datang menyambanginya ke rumahnya.
Selain membagikan buku-buku dan alat tulis kepada anak-anak pelajar di desa ini, JTP-pun, kemudian mengirimkan uang buat beli baju seragam SMP bagi Anggraini.
“Entah kenapa. Menyaksikan anak-anak di pedalaman itu saya trenyuh, tertantang dan tergerak memberi sesuatu untuk pendidikan mereka,” jelas JTP dengan mimik prihatin.
Tak pelak, Anggrainipun mengucap terimakasih dan tekadnya kepada JTP lewat video singkat yang dikirimkannya.
“Terimakasih Amang JTP. Saya sudah dibelikan baju seragam SMP dan Pramuka,” katanya tampak ceria.
Rasa prihatin dan empathy tidak saja ditunjukkan oleh JTP kepada Anggraini dan keluarganya, tetapi juga kepada satu keluarga lain yang rumahnya terancam rubuh saking reotnya.
“Lewat yayasan JTP, kami akan memperbaiki rumah itu. Kasihan lihat kondisi mereka tinggal di rumah yang dindingnya sudah menganga di sana sini, atap bocor dan lantai tanah” tekad JTP sambil menunjukkan foto-foto rumah reot berpenghuni itu.
Kunjungan JTP kali ini bisa jadi sebuah spirit baru yang membangkitkan harapan, bagi warga dusun terluar ini, untuk merobah nasib mereka lewat pendidikan anak-anak, sebagaiman telah terjadi di desa-desa lain di Tapanuli Utara selama ini. (Poltak Simanjuntak).