Awal tahun ini, Trump berulangkali menyebut virus corona sebagai “virus China” – istilah yang menurut para pengamat tidak membedakan antara China, pemerintah China, dan orang-orang dari etnis China.
Dia lantas menyerukan agar orang-orang Asia-Amerika dilindungi, dengan mengatakan “penyebaran virus bukanlah kesalahan mereka dalam bentuk atau bentuk apa pun”.
Namun hal itu tidak membuat warga keturunan China Amerika luput dari serangan – mereka ataupun orang-orang dari Asia Timur lainnya tetap menjadi sasaran.
Prof Jeung mengatakan sekitar 40% dari laporan yang dia terima berasal dari etnis China – tetapi sebagian besar kasus berasal dari etnis Asia Timur lainnya.
“Itu adalah contoh profil rasial – bahwa ‘jika dia terlihat seperti orang China, dia akan diserang’.”
Orang Asia di AS berasal dari beragam etnis, negara, dan latar belakang, dan sering kali memiliki keyakinan dan identitas politik yang berbeda.
Sekitar 20 juta penduduk AS – atau sekitar 6% dari populasi AS – adalah orang Asia, menurut data sensus. Angka tersebut termasuk orang Amerika-Asia, serta orang-orang dari Asia Selatan dan Timur yang tinggal, belajar atau bekerja di AS.
Beberapa penduduk Asia, seperti orang Amerika Bhutan, lebih cenderung menjadi imigran yang lahir di luar negeri, sementara yang lain, seperti orang Jepang-Amerika, kemungkinan besar berasal dari keluarga yang telah tinggal di AS selama beberapa generasi.
Sekitar tiga juta wisatawan yang mengunjungi AS setiap tahun berasal dari China.
Tapi prasangka berbasis ras terhadap orang Asia di AS tidak pandang bulu, apakah seseorang mengidentifikasi diri sebagai orang Asia-Amerika, berharap menjadi orang Amerika, atau hanya berkunjung.
Orang-orang Asia Amerika menggambarkan beberapa pengalaman yang lazim terjadi – termasuk bahwa mereka dilihat sebagai “selamanya menjadi orang asing” bahkan sebelum pandemi.
Ras, seperti banyak kategori sosial, (adalah) hal yang mengatakan Anda adalah bagian dari kategori ini (yang) jelas terlihat oleh semua orang,” kata Debbie Ma, seorang profesor psikologi di California State University, Northridge.
“Karena itu,” tambahnya, “sangat mudah melabeli dan menetapkan stereotip dan asosiasi dengan kategori-kategori itu” – bahwa orang Asia Timur adalah orang asing.
Debbie Ma pernah menyusun sebuah penelitian tahun 2008, dia menemukan bahwa responden yang terdiri dari para mahasiswa AS dari berbagai latar belakang ras dan usia – lebih cenderung secara implisit menganggap Kate Winslet, aktris Inggris, sebagai “orang Amerika”, dibanding Lucy Liu, bintang kelahiran New York yang memiliki keturunan China.
Matt mengatakan dia selalu dipuji “Anda berbicara bahasa Inggris dengan baik”, dan ditanya dari mana asalnya, bahkan ketika dia menjelaskan bahwa dia dilahirkan di AS.
Sementara itu, Prof Jeung mengatakan: “Meskipun keluarga saya sudah di AS selama lima generasi, saya masih dipandang sebagai orang asing.”
Dr Ma mencatat bahwa ini adalah “beban khusus” yang dialami orang Asia di Amerika secara berbeda dari minoritas lainnya. Misalnya, “tidak ada yang terkejut ketika seorang Amerika kulit hitam berbicara bahasa Inggris dengan sangat baik,” meskipun orang Afrika-Amerika menghadapi serangkaian prasangka lain, katanya. (Sumber: bbcindonesia)
Simalungun - Konstruktif.id | Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara dan…
Simalungun - Konstruktif.id | Tim Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar melakukan…
Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kanit Binmas Polsek Siantar Timur AIPTU P. Simanjuntak selaku Perwira pengawas…
Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kapolres Pematangsiantar AKBP Yogen Heroes Baruno SH. SIK pimpin Apel Pergeseran…
Pematangsiantar - Konstruktif.id | Dukung Pengamanan Pilkada 2024 ,Sebanyak 61 personel Sat Brimob Polda Sumut…
Pematangsiantar - Konstruktif.id | Siap Jaga Keamanan Pilkada 2024 Personil Polres Pematangsiantar mengikuti Latihan Pengendalian…