(Khotbah untuk Minggu VII Trinitatis, 26 Juli 2020)
Evangilium: Yohanes 13 : 31-35.
Oleh: Pdt Martunas P. Manullang
Perikope ini dapat dibagi dua bagian, yaitu: Pertama: Ay.31-32: Tentang Kemuliaan. Kedua: Ay. 33-35: Tentang Kasih.
1. Ay.31-32: Tentang Kemuliaan.
Yesus mengatakan kemuliaanNya telah datang. Kemuliaan itu adalah Salib, pengorbanan terbesarNya. Benarlah, kemuliaan yang terbesar datang dari pengorbanan terbesar. Siapa yang telah memberikan pengorbanan yang tinggi, hanya merekalah yang menerima kemuliaan.
Yesus mengatakan, di dalam Dia, Allah Bapa dipermuliakan. Maksudnya, bahwa kepatuhan Yesus kepada Allah membawa kemuliaan bagi Allah. Mematuhi Allah Bapa sampai akhir hidup, itulah dilakukan Yesus. Dengan kata lain, melalui kepatuhan Yesus sampai mati di kayu salib, Ia telah memberikan kehormatan dan kemuliaan yang tertinggi kepada Allah.
Yesus mengatakan, Allah akan mempermuliakan Dia (Yesus). Di kayu Salib, Yesus mendapatkan kemuliaanNya; namun waktunya akan datang bahwa kemuliaan itu akan dinyatakan kepada seluruh dunia dan alam semesta.
2. Ay. 33-35: Tentang Kasih.
Yesus menyampaikan perintah perpisahan-Nya bagi para murid. WaktuNya tinggal sedikit, para murid harus mendengar pesan-pesan terakhir dari Yesus. Perintah Yesus kepada para murid-Nya adalah agar mereka saling mengasihi seperti Dia mengasihi mereka. Seperti Tuhan Yesus telah mengasihi para muridNya, dan hal itu telah dapat dirasakan dan dialami oleh mereka secara pribadi; maka demikianlah kiranya, mereka akan saling mengasihi sebagai murid Yesus.
Apakah artinya ini bagi kita? Atau, bagaimana kita memahami kasih Yesus kepada para muridNya dan menerapkan kasih itu kepada sesama kita?
Pertama: Yesus mengasihi para muridNya, tanpa mementingkan kepentinganNya sendiri.
Tuhan Yesus telah memberi Diri-Nya (berkorban) bagi mereka (para murid) yang dikasihiNya. Maka kita pun, harus berani memberi diri dan berkorban bagi mereka, siapa pun orang yang kita kasihi. Bukti kasih adalah pengorbanan.
Kedua: Kasih Yesus kepada murid-muridNya bersifat pengorbanan.
Di sini, kasih itu berarti Salib. Salib, suatu yang amat berat, yang menuntut nyawa atau kematian. Yesus bersedia untuk menempuh jalan salib itu, untuk membuktikan kasihNya kepada kita dan seluruh umat manusia. Kita pun, jika kita mengasihi orang lain dan kasih kita itu menuntut salib, agar kita berani menjalaninya, demi orang-orang yang kita kasihi.
Ketiga: Kasih Yesus kepada para murid-Nya adalah kasih yang penuh pengertian. Dia mengenal para muridNya. Yesus mengerti keadaan mereka. Pengenalan dan pengertian Yesus terhadap para muridNya membuat Dia tetap menerima dan mengasihi mereka. Menerima dengan tulus, mengasihi dengan tulus. Kasih Yesus adalah kasih yang benar-benar nyata. Mana buktinya? KasihNya tetap, walau pun para muridNya masih apa adanya, belum seperti yang Dia harapkan.
Demikian juga dengan kita semua, kasih Yesus tetap, penerimaan dan pengampunanNya juga tetap, walau pun kita masih seperti apa adanya. Namun, setelah kita menerima dan merasakan kasih Yesus dalam diri kita masing-masing, kiranya kita semakin mau melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Semakin mengarah dan menuju kepada seperti yang Tuhan ingini dalam diri kita.
Demikianlah kiranya, pengetahuan dan pengenalan kita terhadap seseorang, sekali pun mereka belum memenuhi seperti yang kita harapkan; dengan menyadari kasih Yesus kepada kita, membuat kita semakin mengasihi mereka. Mengasihi, menerima dan terus mengembangkan dan meningkatkan perhatian, kasih, penerimaan dan kepedulian kepada sesama kita.
Keempat: Kasih Yesus kepada murid-muridNya bersifat mengampuni.
Yesus tidak membenci muridNya, walau banyak kesalahan dan kekurangan mereka. Bagi Yesus tidak ada kesalahan yang tidak bisa Ia ampuni. Kasih yang benar adalah kasih yang belajar untuk selalu mengampuni. Kasih akan lestari, bertahan kalau dibangun atas pengampunan. Mengapa?
Karena tanpa pengampunan, maka kasih itu akan mati dan tidak memiliki kekuatannya lagi. Firman Tuhan pada hari ini mengajak kita semua untuk meneladani Yesus. Itu berarti bahwa kita harus memiliki kasih yang mengampuni. Sebab dalam kehidupan ini, bukti kita mengasihi orang lain adalah dengan mengampuni mereka. Ya, bukti mengasihi adalah mengampuni dan menerima dalam persekutuan. Persekutuan baru di mana saling memaafkan, mengampuni dan menerima dalam kasih yang murni dinyatakan. Kita diciptakan untuk saling mengasihi. Marilah menyatakan kasih itu di dalam hidup kita masing-masing.
Selamat Hari Minggu, Selamat beribadah. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
(HKBP Kayu Putih)
Discussion about this post