Categories: Peristiwa

Ketum PGI : Kita Berada di Ambang Kiamat Ekologi

 

Jakarta | Konstruktif.id

Saatnya gereja dipanggil untuk pemulihan lingkungan demi keberlangsungan kehidupan kita semua. Gereja sahabat alam.

Kalimat tersebut menjadi pembuka pada tayangan video di Youtube, Jumat (25/12) yang menghadirkan Pdt Gomar Gultom Ketua Umum PGI sebagai pengkhotbahnya.

Dengan latarbelakang video menggambarkan kerusakan lingkungan, Gomar menyampaikan khotbah dengan thema “Kelahiran Kristus dan Restorasi Alam”

Konstruktif menarasikan teks khotbah ini secara utuh, ini isinya.

Selamat Natal saudaraku.
Berbahagia sekali rasanya bisa menyapa saudara sekalian dalam suasana Natal hari ini

Pada perayaan natal sekarang ini kita berada dalam suasana yang sangat berbeda dengan natal-natal sebelumnya. Kali ini kita merayakannya dalam bentuk-bentuk pembatasan seturut dengan protokol kesehatan karena pandemi Covid-19 yang mendera kita semua.

Dunia kita memang sedang merintih saat ini apa yang sedang kita hadapi pada masa ini tidak bisa dilepaskan dari krisis ekologis yang sedang melanda dunia ini. Dan, peristiwa Natal yakni hadirnya Kristus di bumi, juga patut dimaknai sebagai seruan penyelamatan dunia dari krisis ekologis tersebut.

Hal ini telah menjadi keprihatinan bagi gereja-gereja di Indonesia sebagaimana digumuli pada sidang Raya ke-17 tahun 2019 lalu di Waingapu.

Sesungguhnya sudah sejak lama gereja-gereja di Indonesia bergumul dan berkomitmen untuk ikut serta mengatasi masalah-masalah agraria dan krisis ekologis sebagaimana terekam dalam percakapan percakapan ekomonis di Indonesia.

Krisis ekologis yang menjadi konsern dalam Sidang Raya tersebut merupakan muara proses yang cukup panjang.

Sejak akhir tahun 70-an gereja-gereja di dunia ini telah bergumul cukup panjang tentang tema Justice Peace and Integriti of Creation (JPIC). Dan, gereja-gereja di Indonesia pun ikut serta dalam studi dan aksi yang dikenal dengan tema Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC).

Artinya, untuk waktu yang cukup lama tema ini sudah menjadi keseharian dan pergumulan gereja-gereja di Indonesia. Yang menjadi soal adalah sejauh manakah tema-tema ini dihidupi dan apa lagi diperjuangkan dalam bentuk aksi nyata oleh Gereja-gereja?

Tergerusnya kualitas lingkungan alam sekitar kita yang pada gilirannya juga makin mengancam kualitas kehidupan kita sebagai manusia akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan kita telah diperhadapkan pada realitas degradasi tanah, air dan udara, deforestasi atau penggundulan hutan, kepunahan jenis binatang dan tumbuhan, keracunan alam di tingkat global, perubahan atmosfer dan degradasi masyarakat dan budaya serta rusaknya lahan lahan gambut.

Semua realitas ini adalah akibat langsung dari ulah kita yang memaksa alam melebihi batas-batas yang telah ditetapkan Allah ketika menciptakan manusia dan dunia ini.

Dan akibat langsung dari semua ini adalah penderitaan manusia setidaknya berupa bencana alam, pemanasan global dan perubahan iklim, perubahan curah hujan, musim kemarau berkepanjangan, pola musim tanam yang tidak menentu, serangan hama, epidemi penyakit penyakit tertentu, bahkan pandemi seperti yang kita alami sekarang ini yang semuanya telah mengganggu habitat kehidupan yang ada di muka bumi ini.

Dengan kata lain ini semua berakar pada dosa kita manusia yang telah memperlakukan bumi sebagai objek kekuasaan dan mengeksploitasinya semata-mata untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.

Konteks ini apakah respon gereja terhadap dua masalah tersebut? Saya khawatir, beberapa gereja cukup menggejala perilaku yang agak mirip dengan komunitas Israel di pembuangan Babel.

Orang Israel di pembuangan Babel memiliki dua sikap yang menonjol ketika itu. Yang pertama mereka hidup di dalam getho dan yang kedua seluruh mata hati dan pikiran mereka tertuju kepada Bait Allah di Jerusalem.

Dalam konteks yang demikianlah Allah berkata kepada umat itu “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang,” sebagaimana tertulis dalam Jeremiah 29 ayat 7.

Ini adalah sebuah ajakan untuk tidak pasif dalam menghadapi realitas di mana mereka berada sebaliknya harus aktif mensejahterakan masyarakatnya.

Dan ini adalah ajakan untuk keluar dari gettho dan sekaligus ajakan untuk tidak hanya menunjukkan mata hati dan pikiran bait Allah di Jerusalem.

Ajakan yang sama juga kini berlangsung kepada kita gereja-gereja di Indonesia termasuk saudara dan saya ajakan untuk keluar dari zona nyaman kita dan melihat kenyataan sekitar dan pada gilirannya aktif mengusahakan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya bukan hanya kesejahteraan sendiri.

Allah memberikan mandat kepada kita manusia untuk mengusahakan bumi ini bagi kesejahteraan bersama, itulah yang saya pahami sebagai tugas oikomenitas kita.

Oikomene harus kita pahami sebagai sebuah gerakan untuk menata dunia ini agar menjadi rumah yang lebih nyaman untuk didiami oleh semua. Dan salah satu langkah strategis dalam upaya penataan ini adalah mengadvokasi masalah-masalah agraria dan sumber daya alam ini serta merestorasi alam yang sudah rusak.

Ini sebuah jalan panjang untuk menghindari tergerusnya masyarakat dari peradaban dan lingkungannya. Dalam semangat seperti itulah saya mengajak saudara kini merayakan Natal.

Peristiwa natal yang pertama adalah sebuah proklamasi Allah yang turun ke bumi untuk menyelamatkan dunia dan segenap isinya. Solidaritas Allah dengan alam ini terwujud dengan pengosongan dirinya turun dari tahtab kemuliaan-nya dan rela menjadi seorang anak manusia.

Maka perayaan natal semestinya juga diwarnai oleh peristiwa natal yang pertama itu di mana kita mestinya merayakannya dengan mengosongkan diri dari segala hiruk pikuk kemeriahan dunia ini. Mengosongkan diri dari kerakusan yang terus menerus menggerus alam dan pada saat yang sama kita solider dengan luka dan rintihan bumi ini.

Merayakan Natal berarti merestorasi alam sekitar kita, merestorasi hutan kita, merestorasi gambut kita. Selamat Hari Natal. Immanuel. P

Redaksi

Recent Posts

Pelaksanaan Pilkada di Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar Lancar *Paslon Boby/Surya Raih 420 Suara, Edy/Hasan Peroleh 124 Suara

Simalungun - Konstruktif.id | Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara dan…

10 jam ago

Tim Kamtib Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar Cek Saluran Pembuangan Air

Simalungun - Konstruktif.id | Tim Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar melakukan…

1 hari ago

Polsek Siantar Timur Bantu Korban kecelakaan untuk mendapatkan pertolongan pertama

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kanit Binmas Polsek Siantar Timur AIPTU P. Simanjuntak selaku Perwira pengawas…

3 hari ago

Siap Menjamin Keamanan,Polres Pematangsiantar terjunkan 150 Personil Amankan 411 TPS Pilkada 2024

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kapolres Pematangsiantar AKBP Yogen Heroes Baruno SH. SIK pimpin Apel Pergeseran…

3 hari ago

Polres Pematangsiantar Sambut 60 Personil BKO Sat Brimob Polda Sumut

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Dukung Pengamanan Pilkada 2024 ,Sebanyak 61 personel Sat Brimob Polda Sumut…

3 hari ago

Siap Jaga Keamanan Pilkada 2024, Samapta Polres Pematangsiantar kuti Latihan Pengendalian Massa di Sat Brimobda Sumut Batalyon B Tebing Tinggi

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Siap Jaga Keamanan Pilkada 2024 Personil Polres Pematangsiantar mengikuti Latihan Pengendalian…

3 hari ago