Parapat | Konstruktif. Id
Pameran Rempah Nasional di Kawasan Danau Toba, di mana ada haminjon (kemenyan) yang menjadi salah satu rempah yang pernah memberikan kejayaan kepada Tano Batak.
Bahkan kemenyan terbaik, katanya berasal dari Tano Batak. Ada ribuan bahkan mungkin jutaan generasi Batak pada masa lalu yang berhasil pendidikan dan karirnya di dalam dan di luar negeri karena hasil kemenyan.
“Acara ini harusnya menggandeng masyarakat adat di Tano Batak, supaya niat tulus mengembalikan kejayaan rempah nusantara berada di jalan yang benar. Tidak hanya melibatkan pelaku pasar. Karena apa yang akan dipasarkan jika penghasil rempah tersebut hanya dianggap sebelah mata,” kata Direktur KSPPM Delima Silalahi dalam keterangan tertulis, Jumat (10/12).
Dia menyebut, tiga dekade masyarakat adat di Tano Batak, berjuang berdarah-darah, mempertahankan hutan kemenyan yang menjadi sumber utama kehidupan mereka.
“Haminjon do ngolu nami” (Kemenyan adalah hidup kami), prinsip hidup yang dipegang teguh masyarakat adat di Tano Batak. Dengan prinsip hidup itulah mereka melawan kehadiran PT Toba Pulp Lestari (TPL) hingga saat ini.
Menurutnya, masyarakat adatlah yang melestarikan kemenyan, sedangkan negara yang harusnya menghormati, mengakui, dan melindungi masyarakat adat, abai dan membiarkan hutan-hutan kemenyan mereka dirampas dan diganti menjadi eukaliptus.
“Kebijakan pembangunan yang memberikan prioritas utama kepada investasi dalam hal ini PT TPL tidak hanya menghancurkan Tano Batak tapi juga merampas Hak Asasi jutaan keluarga masyarakat adat, jutan keluarga petani kemenyan di Tano Batak,” tandasnya. (*/Gabriel Simanjuntak)
Discussion about this post