Medan | Konstruktif.id
Setiap kali Natal tiba, maka kita tidak bisa melupakan Riyanto yang rela mati demi hidup orang lain yang tidak dikenalnya sama sekali. Ibarat Yesus yang lahir 2020 tahun lalu mati di Kayu Salib demi hidup orang yang juga tidak dikenalNya.
Riyanto, lahir di Kediri, Jawa Timur, 19 Oktober 1975 – meninggal di Mojokerto, Jawa Timur, 24 Desember 2000 pada umur 25 tahun) merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama yang tewas karena terkena ledakan bom saat mencoba menyelamatkan Gereja Eben Haezer di Mojokerto dari percobaan peledakan pada malam 24 Desember 2000.
Ketika kejadian heroik dan mengharukan itu, Riyanto muda nan berani itu masih berusia 25 tahun. Dia meninggal dan tak selamat dari ledakan bom hanya untuk hidup orang lain yang tidak dikenalnya, jemaat Gereja Eben Haezer Mojokerto di Malam Natal 24 Desember 2000, persis 20 tahun lalu.
Bagaimana Umat Kristen menyikapi kejadian ini? Apakah cukup kita berkata Riyanto Pahlawan Kemanusiaan lalu melupakannya? Yang pasti ada harapan dan doa, kiranya cukuplah Riyanto meninggal terkena ledakan bom. Riyanto sudah beristirahat di tempat peristirahatan Pemakaman umum Prajurit Kulon.
Sejak kejadian yang menghentakkan jiwa rela berkorban kita yang sudah lama pingsan di diri manusia Indonesia. Di balik setiap perayaan suka cita Natal, kisah yang mengharukan dari seorang anggota Bantuan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) di Mojokerto, Jawa Timur ini, selalu disegarkan di ingatan.
“Kalau dari kami, dia itu pahlawan kemanusiaan,” ujar Rudi yang dilansir kanal YouTube. Riyanto juga menjadi sosok yang tidak akan pernah dilupakan oleh para anggota Banser Kota Mojokerto. Mereka menganggap Riyanto sosok panunan luar biasa yang selalu memberikan motivasi dalam membangun hubungan sesama manusia.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Ansor Banser Kota Mojokerto, Ahmad Saifulloh. “Riyanto adalah sosok yang tak pernah dilupakan dan telah menjadi panutan anggota Banser. Apa yang dilakukan Riyanto menjadi motivasi bagi kami untuk selalu menjaga dan menghidupkan tentang bagaimana kita membangun hubungan sesama manusia,” ujar Ahmad.
Ahmad juga menyebut, Riyanto telah mengajarkan arti penting terkait membangun persaudaraan yang sejati. Aksi Riyanto sebagai umat beragama yang kaya akan nilai kemanusiaan ini, membuat Pemerintah Kota Mojokerto mengganti nama jalan di kelurahan Prajurit Kulon menjadi jalan Riyanto.
Pada malam natal 2000, Banser Riyanto tewas akibat bom yang hendak ia pindahkan dari Gereja Eben Haezer meledak dalam dekapannya. Riyanto tengah berjaga di misa pada malam Natal, 24 Desember 2000, ketika ia mendapatkan kabar dari seseorang terkait bungkusan hitam mencurigakan.
Dengan sigap, anggota Banser itu langsung membuka bungkusan tersebut. Saat melihat banyaknya rangkaian kabel, ia langsung meyakini bahwa itu merupakan sebuah bom. Riyanto kemudian membawa bungkusan itu dan segera melemparkannya ketempat sampah.
Namun, bungkusan tersebut terpental hingga akhirnya Riyanto mengambil dan mendekapnya. Saat berusaha membawa bom tersebut ke tempat yang jauh dari keramaian, nahas bom tersebut meledak. Nyawa Riyanto tidak dapat diselamatkan. Meski begitu, ia telah menyelamatkan ratusan nyawa lainnya.
Aksi heroik Riyanto ini akan terus dikenang sebagai pejuang kemanusiaan yang tidak mengenal batasan golongan ataupun agama. Maka sangat layak bahkan wajib bagi kita mengucap Selamat Natal Riyanto Sang Penyelamat Jiwa Jemaat Gereja saat natal. Kami bangga,berduka dan kasih padamu dan keluargamu. (Poltak Simanjuntak).
Discussion about this post