MILTON MINISTRY merupakan sebuah aksi pelayanan seorang bernama Milton Napitupulu. Setelah banyak melakukan pelayanan konseling bagi kalangan masyarakat terdampak masalah dinamika kehidupan, saat ini di Pematangsiantar, Sumatera Utara, Milton Ministry terpanggil melakukan aksi berbagi bagi masyarakat terdampak COVID-19.
Saat diwawancarai konstruktif.id, Milton menyebutkan pencetusan Milton Napitupulu dilatarbelakangi dorongan spritual pribadinya untuk mewujudkan kepedulian kepada orang-orang sengsara, tertindas, serta orang-orang dalam ketertekanan. Katanya, dorongan itu sudah ada semenjak sekitar tahun 1985 saat dirinya masih tinggal di Jakarta.
Pada tahun Tahun 1987 Milton hijrah ke Pematangsiantar untuk studi Teologi. Di kota ini pemikiran melakukan aksi kepedulian itu hendak dibangun secara organisasional dengan membentuk lembaga pemberdayaaan masyarakat terpinggirkan. Maka dilahirkanlah lembaga Bonkari atau Bebas Olah Nalar Kreatif Rakyat Indonesia. Lembaga ini selanjutnya membangun jaringan dengan lembaga sepemikiran dalam pemberdayaan masyarakat marginal.
Tapi semenjak tahun 2010 Milton tidak berpikir secara organisasional lagi. Pemberdayaan dilakukan secara pribadi. Fokus pelayananannya adalah orang Batak yang membutuhkan perhatian sentuhan spritual. Milton menyebut pelayanannya dengan nama Bincang-bincang dengan Generasi Emas Batak. Dalam pelayanan ini Milton banyak menerima, mendengar dan berempati atas berbagai masalah dinamika kehidupan seseorang dari kalangan orang Batak. “ Bahasa kerennya pelayanan konseling. Tapi saya menyebutnya dengan bahasa populer yaitu Bincang-bincang,” ujarnya.
Awal Tahun 2019 terjadi pandemi COVID-19 dan masih mewabah hingga saat ini. Milton menyebut banyak masyarakat Batak di Pematangsiantar yang disebutnya Generasi Emas Batak tadi terdampak pandemi COVID-19. Misalnya, penenun (partonun) ulos. Disebutkan, akibat pandemi ini usaha menenun ulos jatuh sebab kain ulos sudah tidak diminati lagi berikut dengan ketiadaan pesta Batak di masa pandemi. “Ada partonun yang sampai kewalahan menyekolahkan anaknya,” katanya.
Partonun merupakan salah satu dari sekian Generasi Emas Batak di Pematangsiantar yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi ini. Untuk menyambung hidup mereka mengambil pekerjaaan seadanya, misalnya, mencari upahan. Pekerjaan yang masih tersedia yakni pengupas bawang dan pengupas ikan. Profesi ini banyak digeluti warga di Parluasan, Kecamatan Siantar Utara, Pematangsiantar.
Menurut pengakuan Milton begitu beratnya dampak pandemi COVID-19 ini sampai istrinya sendiri ikut mengambil salah satu pekerjaan upahan yaitu mengupas bawang. “Istriku hanya dapat mendapat upah sehari paling banyak Rp 10.000,- karena masuk mulai siang hingga jam delapan malam,” ungkapnya.
Selanjutnya, kata Milton, suatu ketika saat tidak berada di rumah, seorang senioren GMKI mengirimkan paket bantuan kasih berupa sembako ke rumahnya. Paket diterima sang istri. Saat menceritakan kiriman sembako itu, istri Milton mengatakan alangkah baiknya jika teman-temannya pengupas bawang juga mendapat bantuan sembako seperti yang baru saja diterima. Katanya, saat ini para pengupas bawang itu sangat membutuhkan uluran tangan bantuan sembako.
Mendengar pengungkapan istrinya, Milton jadi terinspirasi hendak membantu pengupas bawang agar mendapat sentuhan kasih di masa pandemi COVID-19 ini. Selanjutnya istrinya diajak berdoa agar harapan tersebut terkabul. Usai berdoa, Milton meraih ponselnya lalu mencoba mencari nama-nama kolega yang dinilai mumpuni memberi bantuan. Dia selanjutnya menemukan satu nama wanita. Melalui whatsapp, Milton menuliskan pesan agar wanita tersebut bersedia membantu masyarakat terdampak COVId-19 di Pematangsiantar. Ternyata, permintaan Milton langsung mendapat respon dari wanita tersebut dan menyatakan bersedia membantu mengirimkan beras 1,5 ton untuk disalurkan Milton melalui Milton Ministry.
Beras yang dikirimkan wanita tersebut ternyata sudah dipacking ukuran 10 kg. Milton lalu membagikan beras tersebut kepada 90 warga sekitar tempat tinggalnya di Parluasan.
Kabar Milton Ministry melakukan aksi berbagi kasih bagi warga terdampak Covid-19 di Parluasan ini menyebar khususnya melalui media sosial. Mendengar kabar itu, banyak kalangan menghubungi Milton agar juga melakukan aksi yang sama ke berbagai tempat dan kelompok di Pematangsiantar. Permintaan terdampak berasal dari kalangan pemain musik, juru parkir, serta pengemudi becak bermotor di seputaran eks terminal Sukadame Pematangsiantar.
Adanya permintaan itu kembali diinformasikan Milton kepada wanita yang sudah mendonasikan 1,5 ton beras tadi. Ternyata wanita itu masih bersedia memberikan bantuan untuk disalurkan Milton Ministry meski banyak beras yang diberikan hanya 2 kg per orang.
Las Rohangku Memberi Las Rohangku Menerima
Permintaan agar Milton Ministry melakukan aksi berbagi kasih juga dilakukan di seluruh Kota Pematangsiantar terus berdatangan. Di satu sisi tentu saja Milton Ministry tidak mungkin hanya terpaku pada hanya satu orang donatur saja. Kondisi ini mendapat inspirasi mengajak banyak orang agar bersedia menjadi donatur membantu kalangan terdampak Pandemi COVID-19 di Pematangsiantar. Ajakan dilontarkan melalui media sosial maupun saat bertemu langsung dengan para calon donatur. Oleh Milton Ministry program ajakan ini disebut Las Rohangku Memberi, Las Rohangku Menerima.
Tidak sedikit masyarakat yang bersimpati dengan ajakan ini. Menurut pengakuan Milton banyak yang menyatakan bersedia memberi sumbangan baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang. Orang yang disebut Lasrohangku Memberi (bersuka cita memberi) ini menitip donasinya kepada Milton Ministry untuk disalurkan bantuannya. Dan menariknya, tidak ada satu orang pun donatur ini ingin dicatat namanya sebagai pemberi. “Ada yang menitip Rp 200 ribu dan ada yang langsung mengadakan beras untuk disalurkan Milton Ministry,” tambahnya.
Menyangkut masyarakat penerima bantuan, kata Milton, dirinya menetapkan masyarakat penerima adalah warga yang Las Rohangku Menerima (bersuka cita menerima). Katanya, jumlah bantuan beras yang dibagi Milton Ministry hanya 2 kg. Jadi, warga penerima memang sangat membutuhkannya. Syarat penerima adalah mereka yang saat menerima bersedia difoto sebagai pertanda memang membutuhkan.
Milton menjelaskan, sebelum menyalurkan bantuan dirinya menghunjuk seseorang warga di suatu tempat untuk melakukan pendataan siapa yang bersedia menerima bantuan beras 2 kg. Kepada warga calon penerima diberi kartu dan menunjukkannya saat menerima bantuan. Beberapa lokasi di Pematangsiantar yang sudah dijadikan tempat penyaluran berbagi antara lain di Jalan Demak, Jalan Jawa dan di Kelurahan Gurilla.
“Saat penyerahan bantuan, saya selalu katakan bahwa bantuan itu bukan dari Milton Ministry namun dari orang-orang yang mendukung pelayanan Milton Ministry,” ujarnya.
Diterangkan Milton, saat penyerahan bantuan dirinya selalu menekankan agar penerima mematuhi Protokol Kesehatan. Misalnya, katanya, calon penerima tidak diperbolehkan menerima bantuan jika tidak memakai masker. Karena banyak penerima bantuan tidak menggunakan masker terpaksa Milton Ministry juga membagi masker.
Berdasarkan pengalamannya saat berbagi Milton mengaku masih melihat masih banyak kalangan penerima yang kurang peduli dengan masa pandemi COVID-19 yang masih mewabah saat ini. Banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah merupakan salah satu contoh bahwa masyarakat masih menganggap pandemi COVID-19 ini tidak menjadi ancaman serius.
Milton menyebut masih banyaknya masyarakat yang belum patuh Protokol Kesehatan di masa pandemi COVID-19 menjadi salah satu tantangan sekaligus menjadikan salah satu misi dalam pelayanannya. “Kita harus patuh program pemerintah. Masalah COVID-19 ini adalah masalah serius bangsa di mana Milton Ministry ikut mengatasinya,” katanya. (jannes silaban)
Discussion about this post