Jakarta / Konstruktif. id
Kekecewaan pemain ganda campuran Tontowi Ahmad yang merasa dibuang dari pelatnas PP PBSI, membuat mantan atlet nasional ikut bersuara.
Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 Sony Dwi Kuncoro menulis di akun Instagram miliknya bahwa setiap atlet yang keluar dari PP PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi.
Tahun 2014, tulis Sony, dia meninggalkan pelatnas PP PBSI dengan cara yang menurut dia kurang menghargai. Terutama untuk dia yang sudah 13 tahun berada di pelatnas.
Saat itu, Sony berada di ranking 15 dunia. “Bagaimana tidak? Pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran,” tulis Sony.
“Beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus, akhirnya saya menanyakan surat keluar agar saya mendapat kepastian. Surat keluar saya dapat, itupun surat tersebut diberikan oleh karyawan (bukan pengurus),” imbuh juara Asia 2002, 2003, dan 2005 tersebut.
Sony memberikan masukan bahwa seharusnya PP PBSI lebih menghargai atlet dalam proses dan cara degradasi. “Sampai saat ini saya belum pernah dengar mantan-mantan atlet pelatnas yang didegradasi dengan cara pembicaraan yang baik (mohon dikoreksi kalau salah),” lanjut Sony lagi.
Sony juga menyarankan kepada PBSI untuk memberikan penghargaan apapun bentuknya. Bisa piagam atau setifikat. Sebab itu akan berguna. Juga menjadi kebanggaan bagi masa depan atlet.
Sony tidak hanya melihat atlet yang menjadi juara atau berprestasi. Namun, masih ada atlet-atlet lapis dua dan lainnya. “Setidaknya para mantan atlet ini akan bangga pernah membela pelatnas (nama Indonesia),” tulis Sony.
“Kebiasaan ini harus diubah oleh siapapun pengurusnya, jangan sampai turun-temurun. Kalau tidak diubah, atlet juara Olimpiade, All England, juara dunia, dan juara-juara lainnya akan merasakan hal yang sama. Perubahan harus dilakukan demi kebaikan anak cucu kita yang bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis,” tulis Sony di akhir pernyataannya.
Mengikuti Sony, pemain ganda putra Ricky Karanda Suwardi juga memberikan pengakuan yang sama. Pemain yang juga anggota tim Indonesia saat menjadi juara Asia 2016 itu mengatakan dia keluar dari pelatnas pada 2019.
“Saya meninggalkan pelatnas PBSI dengan cara yang menurut saya kurang menghargai,” keluh Ricky yang berpasangan dengan Angga Pratama.
Ricky mengaku sudah delapan tahun berada di pelatnas. Yakni sejak 2010 sampai 2018. Namun, justru, berita tentang degradasi itu kali pertama dia ketahui lewat media sosial.
“Beberapa hari saya tunggu, tidak ada pembicaraan dari pengurus maupun pelatih,” tulis Ricky.(Jawa Post).