Categories: Internasional

Unjuk rasa George Floyd: Video-video Menyesatkan dan Teori Konspirasi yang Menyebar di Dunia Maya

Unjuk rasa yang dipicu oleh kematian warga kulit hitam George Floyd di tangan polisi di Minneapolis telah menyebar ke seluruh AS dan juga ke negara-negara lain.

Berbagai aksi protes ini telah didokumentasikan dalam video, gambar dan unggahan di media sosial.

Tetapi sebagian besar konten tersebut tidak akurat.

Tim antidisinformasi BBC telah melacak video yang menyesatkan dan teori konspirasi tentang protes, yang beredar luas secara daring.

Dan berikut yang perlu Anda perhatikan dan hindari di media sosial Anda.

Benarkan unjuk rasa direkayasa?

Rumor yang menyebutkan bahwa unjuk rasa telah direkayasa dan peluru telah dibagikan ke provokator mendapat perhatian publik, dengan muncul ribuan tagar “batu bata” di media sosial.

Beberapa video yang menunjukkan tumpukan batu bata dengan klaim bahwa mereka “ditanam” oleh polisi atau pemerintah telah ditonton oleh jutaan orang.

Unggahan lain menyalahkan Antifa, kelompok sayap kiri yang dituduh Presiden Trump menebarkan kekacauan.

Namun, tidak ada bukti yang mendukung teori tersebut atau bahwa unjuk rasa telah direkayasa.

Sebagian besar video dan gambar yang telah kami lihat menunjukkan sepertinya tidak ada yang mencurigakan. Tidak jarang terlihat tumpukan batu bata di dekat bangunan.

Menanggapi video yang seolah menyatakan batu bata sengaja ditempatkan untuk eskalasi protes, polisi San Francisco mengatakan lewat Twitter “bahan bangunan ada di wilayah konstruksi dan [kami] telah menghubungi kontraktor untuk memindahkannya. ”

Kepolisian di Boston membantah klaim menyesatkan tentang petugas polisi yang menyediakan batu bata.

Salah satu unggahan di media sosial bahwa para petugas polisi membongkar muat batu bata dari kendaraan “untuk menggunakan mereka sebagai alasan” untuk menindak demonstran.

Namun, polisi yang membawahi kawasan Universitas Northeastern mengatakan bahwa para petugas telah mengumpulkan “batu bata dari trotoar yang rusak” dan membawanya ke kantor agar tidak mengancam keselamatan pejalan kaki.

Video lain yang beredar luas dari Fayetteville, North Carolina, dan telah ditonton lebih dari satu juta kali menunjukkan tumpukan batu bata di lokasi unjuk rasa dan seorang pria mengatakan “tidak ada konstruksi” di daerah itu.

Kami telah menelusuri lokasi video dan menemukan gambar dari 24 Mei dengan tumpukan batu bata di tempat yang sama, jauh sebelum unjuk rasa terjadi.

Dalam kasus lain, gambar lama dari unjuk rasa di lokasi lain, seperti di Hong Kong tahun lalu, telah dibagi ulang.

Video-video lama kembali muncul

Kami telah melihat banyak contoh video lama yang muncul dalam beberapa hari terakhir.

Di antara banyak video asli penangkapan brutal, salah satu yang beredar luas kemarin tidak seperti apa yang tampak.

Salah satu video menunjukkan seorang pria ditangkap kemudian dilepaskan oleh polisi setelah mereka memeriksa kartu identitasnya.

Sebuah unggahan yang mengeklaim orang dalam video adalah “agen FBI” telah dilihat lebih dari empat juta kali.

Klaim ini diulang di Facebook dan Instagram oleh orang lain yang membagi video, yang telah ditonton jutaan kali.

Sebagai tanggapan, Kepolisian Rochester Minnesota mengeluarkan pernyataan mengklarifikasi bahwa orang itu bukan agen Biro Penyelidikan Federal (FBI).

Insiden ini terjadi pada bulan Juni tahun lalu.

Unggahan asli menyatakan video itu diunggah tahun sebelumnya, dan isinya tidak menyebutkan FBI.

Video penangkapan bulan April

Sebuah video menunjukkan seorang remaja yang ditangkap oleh polisi AS telah dilihat hampir 10 juta kali dalam beberapa hari terakhir.

Tapi insiden itu kembali terjadi pada bulan April di Rancho Cordova, sebuah kota di California Utara.

Keterangan waktu tidak dibuat jelas dalam unggahan terbaru yang telah dibagi ulang lebih dari 100.000 kali. Video tersebut juga salah mengidentifikasi remaja sebagai perempuan.

Klip tersebut menuai kritik luas pada saat itu.

Sementara itu, ada cuplikan dari protes saat ini yang telah menimbulkan tuduhan kebrutalan polisi.

Salah tahun, salah negara

Video ini menunjukkan sebuah bangunan kepolisian AS terbakar dan telah diunggah pada tanggal 28 Mei.

Tak hanya video lama (video itu direkam pada 2015), tapi video itu juga direkam di negara lain, tepatnya di kota Tianjin, China.

Jadi, mengapa orang membagi video lama?

“Video mungkin mewakili kemarahan yang mereka rasakan dan dapat digunakan untuk memecah belah atau mendapatkan klik,” kata Marianna Spring, wartawan BBC yang membidangi disinformasi dan media sosial.

Teori konspirasi

Spekulasi tentang siapa di balik protes telah beredar di dunia maya.

Beberapa klaim yang tidak berdasar, yang lain sama sekali salah.

Pertama, konten yang telah beredar luas tentang George Soros.

Beberapa tokoh sayap kanan berpengaruh telah membuat klaim tidak berdasar bahwa miliarder Hungaria-Amerika itu adalah “orang yang mendanai” demonstrasi.

Pendukung QAnon -sebuah teori konspirasi tentang “Deep State” atau kelompok rahasia yang ingin menggulingkan Donald Trump- telah berbagi klaim serupa.

Lebih dari satu juta unggahan dan meme daring telah mengulang tuduhan tentang Soros membayar provokator.

Soros, pendiri Yayasan Open Society yang membiayai sejumlah kelompok masyarakat sipil dan proyek-proyek progresif di seluruh dunia, telah menjadi momok bagi kelompok sayap kanan untuk waktu yang lama.

Organisasinya telah menanggapi unggahan terbaru, menyatakan bahwa “Soros dan Yayasan Open Society menentang semua kekerasan dan tidak membayar orang untuk protes”.

Kabar burung tentang negara asing

Klaim telah beredar tentang keterlibatan Rusia dalam unjuk rasa.

Cuitan yang beredar luas yang telah dibagi ribuan kali menunjukkan bahwa Rusia terlibat dalam kematian George Floyd, sebagai bagian dari operasi militer atau plot yang rumit. Tidak ada bukti untuk mendukung klaim ini.

Ini bukan untuk mengesampingkan gagasan bahwa Rusia atau negara lain -baik melalui media nasionalnya atau jaringan akun palsu- dapat terlibat dalam ketegangan di dunia maya.

Investigasi terhadap gangguan Rusia selama pemilu 2016 Presiden AS mengungkapkan bahwa Rusia terlibat dalam kampanye misinformasi, menyusup ke kelompok dan akun media sosial yang dijalankan oleh aktivis AS dan itu termasuk kelompok Black Lives Matter. (sumber: bbcindonesai)

Redaksi

Recent Posts

Pelaksanaan Pilkada di Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar Lancar *Paslon Boby/Surya Raih 420 Suara, Edy/Hasan Peroleh 124 Suara

Simalungun - Konstruktif.id | Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Calon Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara dan…

12 jam ago

Tim Kamtib Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar Cek Saluran Pembuangan Air

Simalungun - Konstruktif.id | Tim Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) Lapas Narkotika Kelas IIA Pematangsiantar melakukan…

2 hari ago

Polsek Siantar Timur Bantu Korban kecelakaan untuk mendapatkan pertolongan pertama

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kanit Binmas Polsek Siantar Timur AIPTU P. Simanjuntak selaku Perwira pengawas…

3 hari ago

Siap Menjamin Keamanan,Polres Pematangsiantar terjunkan 150 Personil Amankan 411 TPS Pilkada 2024

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Kapolres Pematangsiantar AKBP Yogen Heroes Baruno SH. SIK pimpin Apel Pergeseran…

3 hari ago

Polres Pematangsiantar Sambut 60 Personil BKO Sat Brimob Polda Sumut

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Dukung Pengamanan Pilkada 2024 ,Sebanyak 61 personel Sat Brimob Polda Sumut…

3 hari ago

Siap Jaga Keamanan Pilkada 2024, Samapta Polres Pematangsiantar kuti Latihan Pengendalian Massa di Sat Brimobda Sumut Batalyon B Tebing Tinggi

Pematangsiantar - Konstruktif.id | Siap Jaga Keamanan Pilkada 2024 Personil Polres Pematangsiantar mengikuti Latihan Pengendalian…

3 hari ago