Simalungun, Konstruktif.id
Ai di naro simatuakku
Lao mandulo boru nai
Diboan do dekke jahir na sai
Tarmekkel suping ma attong da
Inang ni dakdanani
Mida dekke nabinoan ni inanta i…
Lirik lagu di atas adalah sepenggal bait lagu yang sangat popular pada zamannya, judul lagu Batak itu adalah ‘Dekke Jahir’ ciptaan sang Maestro Batak, Nahum Situmorang.
Tidak hanya pada zamannya, lagu ‘Dekke Jahir’ sampai sekarang masih begitu popular dan sangat akrab di telinga kita, bahkan lagu itu sudah sangat merakyat, dan tidak saja hanya dinyanyikan orang Batak, tapi suku lain yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara gemar menyanyikan lagu itu.
Lagu Dekke Jahir ini menceritakan tentang kedatangan sang mertua saat mengunjungi rumah boru (anak perempuannya) yang sudah dipersunting praia lain (menantu atau helanya). Datang membawa ikan mujahir. Kedatangan sang mertua-pun disambut sangat bahagia oleh si boru dan hela (sebutan bagi menantu laki-laki).
Ya, ikan Mujahir, khususnya yang bermukim di seputaran perairan Danau Toba sejak zaman dulu sampai sekarang sudah sangat menyatu bagi suku Batak. Karena di perairan Danau Toba yang airnya tawar itu didominasi habitat ikan Mujahir, dari zaman dulu sampai sekarang dijadikan sebagai sumber mata pencaharian penduduk yang bermukim di sekitar Danau Toba.
Belakangan ini, cerita Dekke Jahir menjadi viral setelah adanya pernyataan Ketua Umum Forum Batak Intelektual (FBI), Leo Situmorang yang ‘nyelutuk’ mengatakan ikan mujahir itu adalah ‘hama’. Pernyataan ini mengemuka saat berdebat dengan Hotman Paris Hutapea dan sontak menjadi sangat viral setelah terunggah di media sosial, di antaranya di Youtube dan facebook.
Rasa ketersinggungan dari orang-orang Batak bahkan orang yang bukan suku Batak kemarahannya ikut mengemuka hebat, karena tak terima ikan yang sering mereka konsumsi disebut ‘hama’.
Berbagai komentar dan kecaman warganet terus bergulir dan berseliweran di media sosial dan media online. Mereka sangat megecam keras karena tidak terima dengan pernyataan yang menyebut ikan mujahir adalah hama.
Ketersinggungan itu sangat wajar, karena sejarah sudah mencatat tidak sedikit orang-orang berpengaruh dan tokoh-tokoh Batak hingga sekarang menjadi orang sukses dan tokoh nasional, dari masa kecilnya saat masih tinggal di Tano Batak tentu sudah merasakan betapa lezat dan nikmatnya cita rasa ikan mujahir yang berprotein tinggi itu.
Salah satu yang mengecam pernyataan yang menyebut ikan mujahir itu ‘hama’ adalah Ketua Himpunan Masyarakat Batak Toba (Humatob) Kabupaten Simalungun, Pardomuan Nauli Simanjuntak SH.MSi.
Ketika disambangi konstruktif.id di kediamannya, Pardomuan Nauli Simanjuntak mengingatkan agar oknum yang membuat pernyataan bahwa ikan mujahir adalah ‘hama’ harus mencabut pernyataannya tersebut, dengan demikian agar tidak terjadi kegaduhan di tengah masyarakat.
“Kita sangat tidak enak mendengar pernyataan itu, saya dan keluarga saya sejak kecil sampai sekarang temasuk penikmat ikan jahir (bahasa keseharian sebutan ikan mujahir). Kita dan seluruh keluarga kita tumbuh sehat bahkan jadi orang cerdas. Artinya ikan mujahir itu bukan hama. Kalau itu hama, apakah kita bisa sesehat ini sekarang,” ujar mantan anggota DPRD Kabupaten Dairi itu.
Pardomuan juga mengaku tidak tahu alasan apa dibalik pernyataannya hingga mengeluarkan pernyataan yang menyebut ikan mujahir itu hama.
“Mana tahu ada kajian ilmiahnya yang bisa dipertanggungjawabkan, silahkan paparkan. Kalau ternyata tidak ada jangan asal nyeletuk. Sebaiknya, cabut aja pernyataan itu agar masyarakat tahu. Sebagai manusia, kita juga sadar bahwa kita hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari ucapan atau kata-kata khilaf,” katanya.
Lanjut dia, jangan biarkan kecaman-kecaman warganet terus bergulir di media sosial, untuk menghempangnya, jalan satu-satunya adalah agar yang membuat pernyataan segera mencabut pernyataannya itu.
Orang Batak itu, kata Pardomuan Nauli Simanjuntak adalah orang yang hebat, keras, tegas tapi hatinya baik dan sangat pemaaf. Akan menjadi sangat hebat lagi kalau berani mencabut dan meralat pernyataannya yang salah. “Itulah ciri dan karakter kita suku Batak,” ujar ketua DPD Humatob Simalungun itu mengakhiri.(Jepri S)
Discussion about this post