Kenyataannya pada waktu kejadian, kapal mengangkut 188 penumpang dan sepeda motor dan hanya diawaki oleh 2 orang.
“Meskipun awak kapal mengklaim memiliki jaket penolong sebanyak sekitar 80 buah, namun pada kenyataannya jaket tersebut diletakkan di lemari dan sebagian terikat di langit-langit kabin sehingga sulit diraih penumpang lantaran akses darurat tidak tersedia dan jendela terhalang teralis.
Pada waktu kejadian penumpang tidak sempat mengenakan jaket penolong karena peristiwa terjadi begitu cepat.
Awak kapal penyeberangan tidak terampil melakukan evakuasi di air
Berdasarkan dokumen Kelaikan dan Kebangsaan, jenis kapal adalah kapal kayu yang mestinya hanya digunakan pada konstruksi lambung, sedangkan gading, tiang, dan geladak sebagian menggunakan material baja.
Parahnya lagi, awak kapal ternyata tidak memperhatikan informasi cuaca sebelum keberangkatan meski mereka mengetahui bahwa pada saat sebelum berangkat sedang terjadi angin kencang dan kondisi gelombang cukup tinggi.
Di waktu yang sama, 5 kapal yang bertolak dari Tomok menuju Parapat harus kembali ke Tomok karena tidak mampu melawan arus dan angin. Hal ini menunjukkan kondisi cuaca pada kejadian tersebut berbahaya untuk pelayaran.
Discussion about this post