Jakarta | Konstruktif.ID –Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh mencatat lebih dari 250 tenaga kesehatan (nakes) di Provinsi Aceh gugur saat menangani pandemi virus corona (Covid-19). Kasus positif Covid-19 di lingkungan medis menyumbang sekitar delapan persen dari keseluruhan total kasus di Aceh.
Temuan kasus positif Covid-10 itu bermula dari pemeriksaan yang dilakukan kepada total 3.500 nakes di Tanah Rencong itu.
“Kita sudah coba mengidentifikasi lebih dari 250 orang di antara tenaga medis, mereka terinfeksi Covid-19 dan dengan dua angka kematian,” kata Ketua IDI Wilayah Aceh Safrizal Rahman dikutip dari siaran CNNIndonesia TV, Rabu (16/9).
Safrizal menyebut kedua orang dokter penyintas Covid-19 yang telah mangkat merupakan seorang dokter spesialis bedah di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh yang meninggal Rabu (2/9) lalu. Disusul Direktur RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Dharma Widya yang meninggal Kamis (10/9) lalu.
“Kami pastikan keduanya meninggal karena Covid-19 dan berjuang untuk Covid-19,” imbuhnya.
Safrizal meminta kepada pemerintah untuk serius dalam merespons penambahan aksus positif hingga kasus kematian yang terjadi pada tenaga kesehatan. Sebab saat ini, menurut data per Selasa (15/9), sebanyak 3.031 orang telah terkonfirmasi positif Covid-19.
Dari jumlah 222 orang di antaranya tengah menjalani perawatan, 700 orang telah pulih, sementara 104 lainnya dinyatakan meninggal dunia.
Oleh sebab itu, Safrizal berharap pemerintah segera menambah perlindungan kepada para garda depan itu dan menyediakan tambahan tenaga kesehatan yang optimal di setiap rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Sementara itu, Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 115 dokter meninggal karena terinfeksi virus corona. Akibatnya, diperkirakan hampir 300 ribu rakyat Indonesia terancam kehilangan pelayanan kesehatan.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi merinci, rasio saat ini adalah empat dokter melayani sekitar 10 ribu penduduk, jumlah ini merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara. Bahkan, rasio dokter spesialis di Indonesia juga rendah, hanya 0,13 persen per 1.000 penduduk.
Adib menilai, kematian para dokter merupakan kerugian bagi bangsa Indonesia karena berakibat pada penurunan kualitas pelayanan kesehatan. (Sumber: cnnindonesia)
Discussion about this post