Intermezzo….
Wanita yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menstruasi atau datang bulan.
Rata-rata masa menstruasi adalah 3 hari hingga 7 hari. Selama itu pula, para wanita membutuhkan pembalut.
Akan tetapi, produk pembalut yang umumnya dijual-pakai di Indonesia adalah jenis disposable atau sekali pakai.
Wanita juga harus mengganti pembalut minimal setiap 4 jam sekali atau lebih.
Pembalut dibuang setelah digunakan untuk menampung darah kotor serta cairan lainnya.
Hal ini dapat menimbulkan infeksi dan jamur jika tidak dibersihkan dalam waktu yang lama.
Bahaya yang timbul jika hal tersebut tidak dilakukan, berbagai jenis penyakit bisa melebar hingga ke bagian intim dan rahim wanita.
PEMBALUT daerah kewanitaan yang dibuang setelah digunakan untuk menampung darah kotor, belakangan ini justru malah disalahgunakan.
Oleh kalangan remaja di beberapa wilayah di Indonesia, pembalut bekas malah digunakan kembali untuk mendapatkan sensasi mabuk.
Hal ini diketahui setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah mengungkap temuan penggunaan pembalut bekas oleh kalangan remaja di wilayahnya.
Lebih lanjut oleh BNN, temuan itu banyak terjadi di wilayah pinggiran Jawa Tengah.
Para remaja penyalahguna mengaku, pembalut bekas digunakan sebagai alternatif dari narkoba jenis shabu-shabu yang dinilai mahal.
“Sekarang ada beberapa anak-anak muda karena menganggap sabu-sabu mahal, sekarang menggunakan yang lain,” ujar Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Jateng, Ajun Komisaris Besar Polisi Suprinarto di Semarang, dan dilaporkan Viva pada Kamis, 8 November 2018.
Pembalut bekas tersebut digunakan dengan cara direbus. Setelahnya, air rebusan itu kemudian diminum.
“Salah satunya menggunakan pembalut yang sudah dipakai lalu direbus dan diminum,” imbuhnya.
Para remaja yang menggunakan air pembalut wanita untuk mabuk itu tidak merasa jorok.
Mereka bahkan rela mengais di tempat sampah agar mendapat pembalut bekas untuk direbus.
Tapi lambat laun tren tersebut berubah. Kebanyakan remaja mulai jijik menggunakan pembalut bekas.
Mereka kini menggunakan pembalut baru yang dinilai lebih higienis dan memiliki efek seperti menggunakan shabu-shabu.
“Sekarang lebih higienis cari barang (pembalut) baru dan katanya rasanya seperti menggunakan sabu-sabu. Pembalut kan ada gelang yang fungsinya menyerap air itu yang bikin fly,” ujar Suprinarto.
Ia menyebut bahwa fenomena mabuk rebusan pembalut tak hanya sekali ini terjadi di Indonesia.
Sebelumnya kasus itu pernah ada di Karawang, Bangka Belitung, Yogyakarta. Namun di Jawa Tengah kali ini baru marak terjadi.
“Kalau larangan sudah ada ya, tapi kita enggak bisa awasi. Tapi kasih imbauan agar tidak dipakai. Jelas itu dampaknya tidak baik. Pemulihannya lebih sulit daripada (mabuk) yang biasa, ” jelasnya.
Selain air rebusan pembalut, Supri menyebut barang lain yang juga kerap dipakai para remaja agar mendapat sensasi memabukkan.
“Satu contoh jamur tletong (kotoran sapi), ‘nyair’ seperti obat nyamuk dicampur-campur, obat batuk, pakai lem dan lain-lain. Mereka ingin dampak seperti memakai sabu,” ujarnya.
Discussion about this post