(Sebuah Wawancara Imajiner)
“Datang Kembali Bawa Banteng untuk Koko”
Apakah yang akan terjadi kelak dengan kehebohan pasangan calon tunggal akan berhadapan dengan “Koko” — KOTAK KOSONG atau sebutan lainnya KOLOM KOSONG?
Belum ada kepastian untuk menjawabnya. Karena, calon tunggal pun, masih menjalani beberapa tahapan sebelum ditetapkan sebagai peserta pemilu serentak.
Misalnya, apakah verifikasi faktual terhadap persyaratan administrasi akan berjalan mulus?
“Artinya, statusnya masih bakal calon ya. Yang patut dicatat, bahwa dia mampu memborong banyak partai untuk melebihi ketentuan yang sudah ditetapkan dalam peraturan KPU. Begitu maksud Anda,” tanya wartawan kami.
“Persis…. Kalau benarlah akan terjadi dalam Pilkada Kota Pematangsiantar, adanya pasangan calon tunggal, maka saya yang Anda sebut sebagai ‘Koko’, adalah calon yang dapat dipilih dengan kelebihan luar biasa…tanpa verifikasi administrasi dan verifikasi faktual serta jenis kelamin yang tak mampu Anda tebak. Kemudian dengan wujud yang tidak jelas,” kata “Koko”.
“Begitu ya ‘Koko’, tanpa wujud yang jelas,” kata wartawan kami.
“Ya…Bukankah karena situasi diri saya seperti ini, makanya Anda lakukan wawancara imajiner? Itu pun keimajineran yang Anda lakukan, tidak mampu menentukan atau menetapkan, saya ini sebagai apa, sebagai laki-laki atau perempuan, layaknya jenis kelamin bakal pasangan calon itu. Saya berterimakasih, karena keimajineran yang Anda lakukan, saya dapat menyampaikan bagaimana situasi diri saya. Kalau dalam bahasa Anda, disebut sebagai rasa dan perasaan. Nah, kalau cerita rasa dan perasaan, seandainya Anda yang bakal calon tunggal, adakah rasa dan perasaan malu dalam diri Anda, ketika nanti ditetapkan peraturan untuk berhadapan dengan saya, si Koko?” kata “Koko”.
Waduhhhhh….. Dalam juga makna yang disampaikan si “Koko”. Bagaimana ya, menjawab tentang rasa dan perasaan malu! Apakah “Koko” sedang mengukur kemoralitasan?
“Apakah ‘Koko’, ingin mengingatkan semua orang agar memilih lawan bertarung yang sepadan dengannya. Kalau manusia ya lawannya manusia, bukan benda tak bergerak. Begitukah,” tanya wartawan kami.
“Ya, kira-kira begitu. Coba saya minta pendapat Anda, apakah enaknya melawan saya, si ‘Koko” — KOTAK KOSONG atau sebutan lainnya KOLOM KOSONG,” kata “Koko” balik bertanya kepada wartawan kami.
Pertanyaan si “Koko” tidak kami jawab. Biarlah pertanyaan tersebut, menjadi sangat patut dijawab para bakal calon pasangan tunggal, tidak hanya di Kota Pematangsiantar, juga bagi daerah lainnya.
******
Tidak terasa, sudah 6 hari, kami bersama si “Koko”, selama itu juga, kami tinggalkan keluarga dan rekan kerja kami.
Kami dan “Koko”, sudah sepakat, untuk beberapa hari ini, kami rehat dulu.
Tetapi, kami sudah sampaikan kepada “Koko”, bahwa kedatangan kami selanjutnya akan membawa seekor BANTENG.
Bagaimana posisi “Koko” berdiri saat menerima kehadiran kami, begitu juga posisi berdirinya saat melepas kepergian kami.
“Koko” yang ramah.
“Jangan lupa bawa BANTENG-nya….dan sampaikan salam saya kepada bakal calon lawan saya itu ya..,” teriak “Koko”.
Kami serentak angkat tangan dan mengacungkan jempol. Tanda mantap.
(Ijin warga Kota Pematangsiantar✓Episode pertemuan imajiner bersama si “Koko” kita lanjutkan beberapa hari ke depan ya…Episode ini akan tetap berkelanjutan hingga 9 Desember 2020.
Salam, Ingot Simangunsong)
Discussion about this post