(Khotbah pada Minggu XII Setelah Trinitatis, 30 Agustus 2020. Evangelium: Ulangan 18:9-14.)
Oleh: Pdt Martunas P. Manullang MTh
Bagian ini (Ulangan 18:9-14) adalah salah satu bagian yang paling penting dalam Alkitab, berisi larangan yang sangat kuat untuk melawan berbagai praktek okultisme (= kuasa-kuasa kegelapan).
Oleh karena itu, gereja atau persekutuan orang percaya di sagala zaman mesti memerhatikan dan mengingatnya dengan sebaik-baiknya.
Pada waktu itu, bangsa Israel sebagai umat Allah, jika mereka tidak memerhatikan atau mematuhi perintah yang berisi larangan ini, maka tempat di mana mereka tinggal akan dinajiskan dan sebagai bangsa akan dihukum Tuhan.
Jika bangsa Israel sebagai umat Allah, mengikuti tenungan oleh para dukun atau nubuatan oleh para nabi palsu, termasuk berbagai jenis penyembahan atau peribadahan lainnya, itu dinilai sebagai bentuk penyelewengan umat terhakdap kesetiaan terhadap TUHAN Allah. Inilah bukti dari ketidaksetiaan dan ketaatan mereka kepada Allah, sebagaimana telah ditetapkan dalam Hukum Taurat.
Jika ada di antara umat Allah, yang ingin mencari kehendak Tuhan tentang masa depan, atau pun ingin memahami rencana Allah bagi masa depan; cara yang benar adalah dengan memasang telinga untuk mendengar dan menuruti apa yang telah Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya.
Demikian juga halnya dengan kita yang hidup di zaman sekarang ini. Hanya dengan membaca, mempelajari, mendengar dan merenungkan Firman Tuhan, maka kita akan mengetahui apa kehendak Tuhan bagi kita, baik pada masa kini maupun pada masa mendatang.
Di Israel (dan sekitarnya) para nabi palsu, akan berusaha menundukkan kuasa ilahi kepada kehendak manusia. Sedangkan nabi yang benar, dengan nubuatnya, akan berusaha menyesuaikan keinginannya dengan kehendak Tuhan.
Pada hal, kalau Tuhan sudah memberitahukan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Itulah sebenarnya yang hendak diikuti oleh umatNya; tidak perlu mencari tahu lebih banyak lagi dengan cara-cara yang justru bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Kalau umat TUHAN mencampuri urusan bertenung dan bernubuat itu, mereka telah menyeleweng dari kesetiaan dan ketaatan hanya kepada TUHAN. Beberapa perbuatan yang dilarang di sini, misalnya: mempersembahkan anak sebagi korban bagi para ilah, praktek meramal, praktek sihir, membaca mantera, bertanya kepada arwah orang mati (berbagai cara pendekatan kepada dunia orang mati), dan sebagainya.
Semuanya ini menjadi kekejian bagi TUHAN. Semuanya dilarang oleh TUHAN. Mengapa? Karena semua itu menunjukkan bahwa mereka mengandalkan kuasa lain, selain daripada kuasa TUHAN. Atau dengan kata lain, berarti bahwa bangsa Israel sebagai umat TUHAN telah meninggalkkan kesetiaan bulat yang menjadi inti perjanjian mereka sebagai umat, dengan Tuhan. Ya, perjanjian antara bangsa Israel dengan Allah sendiri.
Pada hal, sebagai umat TUHAN, bangsa Israel haruslah menunjukkan kesetiaan mereka beribadah dan menyembah hanya kepada TUHAN. Mereka perlu menyadari bahwa sebagai umat perjaanjian, mereka seharusnya mendasarkan seluruh hidupnya pada kenyataan bahwa TUHAN telah membentuk hubungan dengan mereka.
TUHAN telah mengikat perjanjian dengan mereka, sebagai umat pilihanNya. Karena itulah, jangan lagi umat itu mengandalkan instansi rohani lain. Sebaiknya mereka membulatkan atau memusatkan kesetiaannya hanya kepada TUHAN.
Kemudian mewujudkan kesetiaan itu dalam pola hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. Sama seperti nenek moyang mereka, Abraham, sebagai Bapa orang beriman, dianjurkan supaya hidup di hadapan TUHAN dengan tidak bercela, yaitu dengan penuh kesetiaan kepada TUHAN, kesetiaan terhadap perjanjian TUHAN (bnd. Kej. 17:1).
Jadi dapat kita simpulkan, pada bagian ini TUHAN melarang umatNya untuk mencari hubungan dengan kuasa-kuasa rohani yang lain, kuasa apa pun itu. TUHAN telah menyampaikan penyataanNya, melalui FirmanNya, yang disampaikan para nabi atau pun orang-orang yang ditentukan oleh TUHAN menjadi pemimpin rohani mereka.
Terlebih, karena TUHAN telah menciptakan manusia dan memberikan kepada manusia ciptaanNya itu roh dan akal budi (pikiran), maka seharusnyalah manusia itu menyatakan kesetiaannya yang bulat hanya kepada TUHAN, Allah Pencipta.
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:5).
Topik khotbah pada hari Minggu 30 Agustus 2020 ini adalah: MENANG ATAS KUASA KEGELAPAN (OKULTISME).
Agar kita dapat menang atas kuasa kegelapan, maka kita perlu menunjukkan ketaatan dan kesetiaan hanya kepada TUHAN. Percaya kepada TUHAN, bertanya kepada TUHAN, berserah kepada TUHAN. Belajar dan bertumbuh terus dalam Firman TUHAN. Membuat TUHAN menjadi yang utama dalam kehidupan kita.
Mengasihi TUHAN dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan kita, serta selalu meminta kuasa RohNya, yaitu Roh Kudus agar Dialah yang menuntun dan membimbing kita dalam melawan kuasa-kuasa kegelapan dan segala kuasa lainnya di dunia ini.
Taat dan setia kepada TUHAN, akan membuat kita menang atas kuasa kegelapan. TUHAN, Allah Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi mengatakan: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50:15).
Selamat Hari Minggu, Selamat Beribadah. Tuhan Yesus memberkati. AMIN.
HKBP Kayu Putih, Kp. Ambon, Jakarta Timur, 29 Agustus 2020.
Discussion about this post