Siborongborong | Konstruktif.id
Setiap hari banyak sekali mobil-mobil pick-up penuh nenas lewat dari depan itu. Dijual murah ke kota-kota seperti Pematang Siantar, Tebingtinggi, Medan dan pasar-pasar lainnya di Sumatera Utara ini. Saya heran kenapa tidak diolah saja dulu di Sipahutar, seperti dibuat jadi anggur. Untungnya bisa berlipat ganda.
Inilah ungkapan kekecewaan si jago Piltik (fotographer handal) Edward Tigor Siahaan, yang berhasil eksis membuka usaha Homestay dan Kedai Kopi Piltik di ruas jalan Siborong-borong – Sipahutar, tepatnya di Desa Lobu Siregar, Kecamatan Siborong-borong Tapanuli Utara ini.
Kehadiran Kopi Pilitik dengan tag linenya “Minum Kopi Piltik Biar Gak Rittik” yang menyuguhkan selain kopi, berbagai makanan berat hingga ringan. Khusus untuk makanan ringan, kita disuguhi menu Kue Ombus-ombus, Kue Bolu Berbahan Nenas dan beberapa pilihan lainnya.
Kopi sendiri adalah kopi lokal yang disuguhkan dan diracik tangan lihat Tigor, menjadi rasa global di tangan seorang Edward Tigor Siahaan. “Saya mempelajari dan mencoba berbagai produk minuman dan makanan berbahan produk lokal. Hasilnya sangat luar biasa dan itu yang saya hadirkan di sini,” ujarnya, Rabu (6/1).
Menurutnya, tugas perantau Sipahutarlah melakukan edukasi bagaimana membuat produk olahan nenas langsung di Sipahutar sebelum menjualnya ke pasar, luar Sipahutar.
“Anda-andalah yang harusnya memberikan edukasi kepada masyarakat petani nenas di Sipahutar. Saya sudah memulai dengan memperkenalkan produk minuman hasil fermentasi beras jadi anggur,” kata Tigor mengira rombongan kami yang singgah sarapan di Kopi Piltik adalah Warga Sipahutar.
Beruntung kami dilayani langsung oleh Edward Tigor Siahaan Sang Jago Piltik se Jagat, istrinya Vera Paskahlena Br Hutauruk dan anak sulungnya Timmi. Sangat ramah, bersahaja dan profesional.
Cuaca dingin, suasana persawahan di pedesaan membuat hangatnya kopi, ombus-ombus dan bolu rasa nenas fresh from the oven, suguhan Kopi Piltik semakin pas di lidah. Selain dimanjakan oleh rasa, panorama juga sangat mendukung untuk sebuah refreshing alamiah.
“Kami kembali ke kampung sejak 2013, tetapi buka Homestay dan Kedai Kopi Piltik baru 4 tahunan. Sebelumnya, saya dan istri buka kelas Bahasa Inggris dan Photography di Siborongborong. Belakangan fokus mengembangkan Piltik. Berusaha di kampung, dapat duit, dapat refreshing dan bisa liburan ke luar negeri,” ucap Tigor ramah dan canda.
Awalnya berencana hanya singgah ngopi, ternyata keramahan, eksotisme dan kerapihan Kopi Piltik dengan segala pernak-pernik, termasuk beberapa karya “piltik” kamera Edward Tigor Siahaan Sang Maestro Photography membuat kami tinggal lebih lama.
Perjalanan ke Sipahutar kali inipun berbeda. Kami tidak lagi “Rittik” sebab telah menyeruput Kopi Piltik. Rugi jika tidak singgah di sini. Sebab jika tidak, akan tetap “Rittik”. (Poltak Simanjuntak).
Discussion about this post