Medan | Konstruktif.id
Meninggalnya Pdt Demak Simanjuntak menyegarkan kita kembali betapa Covid 19 masih merupakan ancaman yang nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Dikaitkan dengan pelaksanaan Sinode Godang yang akan digelar di Seminarium Sipoholon 10 hingga 16 Desember 2020, lokasi dimana Pdt Demak Simanjuntak berdomisili dan berkegiatan, maka pelaksanaan Sinode Godang memerlukan pemikiran ulang.
“Bisa saja Sinode Godang dilaksanakan sesuai dengan rencana atau jadual yang sudah ditetapkan oleh panitia. Tetapi, harus secara ketat melaksanakan protokol kesehatan kepada seluruh peserta, undangan dan panitia. Semua peserta diswab satu atau dua hari sebelum pelaksanaan. Panitia menyediakan Tim Kesehatan yang lengkap dengan peralatan pendukung Prokes,” ujar Dr AKBP (P) Jonius Taripar Hutabarat, salah seorang jemaat HKBP, Kamis (27/11).
Dikatakannya, kematian Pdt Demak Simanjuntak akibat Covid 19, yang diketahui berlokasi dan berdomisili di Seminarium, bisa dijadikan sebagai warning, agar seluruh elemen di HKBP yang akan terlibat dalam Sinode Godang meningkatkan kehati-hatian serta memastikan prosedural yang ketat kepada semua orang yang masuk dan keluar arena pelaksanaan sinode.
“Tanpa terkecuali, semua peserta, panitia dan pekerja yang terlibat dalam Sinode Godang harus diperlakukan sama secara ketat lolos dari pemeriksaan standar Covid-19,” ujar Taripar yang dikenal dengan panggilan JTP, Anggota DPRD SU dari Partai Perindo ini.
Pendapat yang sedikit berbeda dilontarkan oleh St Simson Tampubolon. Menurut Simson, Sinode Godang sebaiknya ditunda, menunggu persiapan yang matang dari panitia untuk memastikan mampu menerapkan protokol kesehatan.
“Apakah panitia sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi penyebaran Covid 19? Jika belum matang, maka sebaiknya ditunda dulu pelaksanaannya,” ujar Simson.
Lanjutnya, apabila Panitia bersikukuh untuk melaksanakan Sinode Godang, sebaiknya metode pelaksanaannya dirobah.
“Sinode Godang bisa dilaksanakan secara virtual, tanpa pertemuan fisik atau tanpa tatap muka. Tinggal mencari format dan dasar pelaksanaan konstitusional agar Sinode Godang Virtual ini tetap tidak cacat atau harus sesuai dengan aturan peraturan dan kepatutan demokrasi.”
Lebih jauh, Simson yang dikenal sangat aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan di HKBP sejak mudanya, mengharapkan agar pimpinan pusat HKBP dan Panitia Sinode Godang lebih mementingkan kepentingan yang lebih besar, ketimbang kepentingan sempit keorganisasian semata.
“Sangat berbahaya jika Sinode ini dilaksanakan cara yang biasa, sementara kondisi pandemi Corona adalah kondisi yang luar biasa. Dari 111 orang yang dirapid test di sana, dikabarkan ada 12 orang yang reaktif dan sedang menunggu swab. Di antaranya ada yang pendeta. Kita berharap hasil swabnya negatif. Ini pertanda ancaman Covid 19 itu nyata. Dan kita tak perlu menciptakan kluster baru,” harapnya.
Untuk memastikan proses dan hasil sinode yang optimal di tengah keprihatinan bersama akibat Covid 19, maka pimpinan HKBP dan panitia tidak bisa tidak harus mendengarkan dan mempertimbangkan seruan umat.
“Harus menjadi pertimbangan utama bagi panitia, ketakutan atau kekhawatiran peserta sinode untuk menghadiri Sinode Godang walau prokes dilaksanakan. Dan yang paling utama, kemungkinan penolakan masyarakat sekitar seminarium menerima peserta sinode,” tutup Simson. (Naek Jimmy Simanjuntak)
Discussion about this post